Minggu, 16 Maret 2014

biografi ali bin abi thalib


Ali Bin Abi Thalib salah satu tokoh dunia, lahir di Mekkah diperkirakan sekitar tahun 599 masehi. Sahabat dekat nabi, menantu Rasulluloh, juga famili Rasul dalam garis keturunan abdul Muthalib. Ali juga satu dari 4 khulafaurasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) yang berperan sebagai pembela nabi, penyebar ajaran Islam dan khalifah Islamiyah sepeninggal Rasululah SAW.

    Nama asli Imam Ali adalah Haydar bin Abu Thalib, putra dari paman Nabi Muhammad SAW. Ibunya bernama Fatimah binti Asad, sedangkan Asad anak dari Hasyim Jadi menjadikan Imam Ali adalah keturunan Hasyim dari garis bapak. Haydar berarti Singa adalah sebuah cita-cita yang diinginkan abu Thalib kelak Imam Ali akan menjadi petarung sejati di kalangan suku-suku Quraisy. Dikemudian hari Ali memang tumbuh menjadi petarung sejati, tokoh yang disegani suku Quraisy dan panglima perang yang tak kenal rasa takut. Beliau dedikasikan seluruh jiwa,raga dan hidupnya untuk membela, mengembangkan ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW. Nama Ali adalah pemberian Nabi SAW yang berarti tinggi derajatnya di sisi Allah SWT.

        Ali kemudian dijadikan anak angkat Nabi SAW karena pernikahan beliau dengan Siti Khadijah tidak dikaruniai anak laki-laki sekaligus sebagai wujud terimakasih Nabi SAW kepada pamannya Abu Thalib yang juga pernah mengasuhnya waktu kecil. Konsistensi dan totalitas Ali dalam mendukung dakwah nabi terlihat dari sikapnya sebagai orang yang pertama kali mempercayai wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi SAW. Saat itu usia Ali baru sekitar 10 tahun. Sikap seperti ini sungguh sulit pada masa itu mengingat sudut pandang, pemikiran, dan pengetahuan suku Quraisy yang masih dalam masa kegelapan (jahiliyah). Sikap yang diambil Ali juga bukan tanpa resiko. Cercaan, hinaan bahkan ancaman nyawa selalu mengintai.

      Nabi SAW adalah mentor dan guru Imam Ali karena beliau sekaligus menjadi pengasuhnya. Ali memiliki ikatan emosi dan menjadi orang terdekat Nabi SAW hingga akhirnya pada usia dewasa dijadikan menantu Nabi dengan mempersunting Fatimah Al Zahra. Ini terjadi setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah. Nabi menimbang Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga (Bani Hasyim), Sekaligus orang yang pertama kali mempercayai kenabian Muhammad setelah Khadijah. Selain itu Nabi jelas memahami seluk beluk kepribadian, watak dan karakter Ali.


      Sebagian besar ulama sufi (Ahli Tasawuf) menganggap Nabi telah menurunkan pengetahuan dan gemblengan rohani berupa tasawuf secara khusus hanya diberikan kepada imam Ali. Ini dengan asumsi bahwa untuk ilmu syariat, fiqih, tauhid, dan seputar ibadah memang harus disampaikan secara luas kepada semua orang. Namun untuk ilmu tasawuf  hanya diberikan kepada orang-orang istimewa (dalam keimanan dan ilmunya) mengingat tasawuf adalah tataran tertinggi dalam hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta. Gemblengan secara langsung dari nabi SAW, menjadikan Ali seorang pemimpin yang komplit. Cerdas, Berani, Bijaksana dan berpengetahuan luas.

   Keberanian Ali terlihat dari kesediannya tidur di kamar Nabi untuk mengecoh orang-orang Quraisy yang berencana membunuh Nabi dan menggagalkan hijrah Nabi . Suku Quraisy pun terkecoh ketika menjelang subuh ternyata sosok yang tidur di kamar Nabi SAW adalah Ali. Sementara Nabi SAW sudah berangkat menuju Madinah bersama Abu Bakar Sidiq.

        Keberanian Ali juga terlihat dari perannya sebagai panglima perang bagi kaum muslimin pada saat berusia 25 tahun. Dalam perang Badar (perang pertama dalam sejarah Islam) Ali dan Hamzah (paman nabi) menjadi pahlawan. Pedang Ali meluluhlantakkan barisan suku Quraisy sehingga perang ini akhirnya dimenangkan kaum muslimin. Perang Khandaq juga saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama Dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian. Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Ali bin Abi Thalib adalah orang yang mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian. Semua peperangan Nabi menghadapi kaum kafir selalu diikuti Ali. Dan ia menjadi bagian penting dari setiap peperangan tersebut.

Menjadi khalifah

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh
dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.



     Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.

       Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.

      Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdurrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf. 


 Referensi        : Wikipedia.org
 Sumber           : http://www.biografitokohdunia.com

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar